Hari yang mulai surut, ketika mentari akan segera menuju ke peraduannya, suara-suara adzan telah dikumandangkan, seakan mengetuk hati untuk segera menghadapNya. Gemuruh penyeru ayat suci Al Qur'an Al Karim yang menjadi penyejuk hati dan penghidup malam-malamNya.
Tak jauh dari itu ketika para jamaah mulai beriringan turun dari masjid, tampak seorang pemuda dengan hikmat sedang mengajar membaca Al Qur'an kepada anak-anak kecil yang amat beruntung. Seorang pemuda yang terlahir dari keluarga sederhana ini memiliki komitmen bahwa sebaik-baiknya manusia ialah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya. Hal itulah yang membuat ia mulai dari adzan maghrib sampai shalat isya' tak kunjung turun dari masjid. Ia diberi amanat oloeh gurunya untuk melanjutkan abdinya kepada Allah yaitu mengajar membaca Al Qur'an, yang tak lain hanya mengharap ridloNya tanpa mengharap sesuatu apapun.
Tak jauh dari itu ketika para jamaah mulai beriringan turun dari masjid, tampak seorang pemuda dengan hikmat sedang mengajar membaca Al Qur'an kepada anak-anak kecil yang amat beruntung. Seorang pemuda yang terlahir dari keluarga sederhana ini memiliki komitmen bahwa sebaik-baiknya manusia ialah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya. Hal itulah yang membuat ia mulai dari adzan maghrib sampai shalat isya' tak kunjung turun dari masjid. Ia diberi amanat oloeh gurunya untuk melanjutkan abdinya kepada Allah yaitu mengajar membaca Al Qur'an, yang tak lain hanya mengharap ridloNya tanpa mengharap sesuatu apapun.
Pemuda yang masih duduk di bangku SMA ini masih sempat mengamalkan ilmunya di tengah-tengah kesibukannya. Karena ia ingin ilmu yang ia dapatkan menjadi manfaat dan barokah. Mustahil sekali seseorang akan bertambah ilmunya tanpa harus ada yang diamalkan. Sebenarnya orang tua pemuda ini sudah tidak mampu lagi membiayai sekolahnya, tapi dari semangatnya dan tekadnya yang mapan ia akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya meski harus sekolah sambil bekerja untuk meringankan beban orang tuanya. Ia merasa tidak punya beban sama sekali, semangatnya tidak pernah goyah, bahkan terus bangkit dari hari ke hari demi tercapainya apa yang ia damba-dambakan. Di benaknya selalu teringat kepada seorang ahli hikmah yang pernah menuturkan "Jika kita banyak mengeluarkan keringat diwaktu damai, kita akan mengeluarkan sedikit dara ketika perjuangan".
Walau sedikit payah, ia masih sempat mengajar Al Qur'an, bahkan ia tidak merasa malu sedikitpun. Hingga suatu ketika rasa syukur begitu bergemuruh dalam hati pemuda itu, karena ia telah berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Namun, kini ia harus menghadapi dereta masalah baru. Ia tidak mendapatkan pekerjaan yang tetap dan layak setelah lulus SMA, dari sulitnya ekonomi dan ketatnya persaingan ia akhirnya jatuh menjadi pengangguran. Sekarang kesehariannya hanyalah membantu orang tuanya dan mengajar Al Qur'an. Ia tetaplah menjadi beban tanggung jawab orang tuanya.
Untugnya ia mendapatkan lowongan pekerjaan yang didapatkan dari teman-temannya, ia bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah perusahaan besar. Iapun tidak menyia-nyiakan pekerjaan itu, walaupun pekerjaan itu hanya untuk beberapa waktu saja, seusai pembangunan itu selesai ia masih bingung mau bekerja apa lagi, ia terus bekerja dengan penuh kesabaran dan ketabahannya. Hingga pada suata saat ia berusaha segera menyelesaikan pekerjaanya dengan kerja lembur, hingga ia lupa untuk mengajar Al Qur'an.
Ia terus bekerja demi memnuhi kebutuhannya sendiri dan keluarganya hingga lupa waktu, ia yang setiap harinya bergegas pulang untuk mempersiapkan diri ke mesjid kini masih tetap bekerja di perusahaan. Adzan maghrib telah dikumandangkan, tiba-tiba ia teringat dengan pesan gurunya ketika dulu belajar di masjid bahwa semua amal baik pasti ada balasannya. Iapun yakin bagwa dibalik semua ini pasti ada hikmanya, dengan segera ia meninggalkan pekerjaanya dan langsung menuju ke masjid untuk menghadap dan mengajar membaca Al Qur'an sebagaimana hari-hari biasanya.
Genangan air matapun mulai menetes pelan di wajahnya, ia menangis karena hampir saja ia melalaikan perintah Allah, ia telah mementingkan kepentingan dunia saja tanpa memikirkan kepentingan akhiratnya. Ia segera memohon ampun kepada Allah "Ya Allah.......kuatkanlah iman hambamu ini yang lemah, agar hambamu selalu berada dalam jalan lurusMu. Hambamu ini hina, maka angkatlah derajat hambamu ini, berikanlah kemudahan pada hambamu ini yang merasa tak sanggup menrima ujianMu. Ya Allah.... hamba mengabdi kepadaMu dan mengharapkan belas kasih dan sayangMu".
Seusai mengjar membaca Al Qur'an tampak terlibat dalam pembicaraan serius dengan slah satu orang tua muridnya. "Kelihatannya kamu punya masalah nak?"
"Ya pak saya sedang punya masalah"
"Lantas apa masalah gerangan?"
"Anu pK, saya sekarang tidak memiliki pekerjaan tetap, hidup saya masih menjadi tanggungan orang tua saya, saya kasihan dengan orang tua saya yang masih terbebani dengan kehidupan saya. Saat ini saya masih bekerja sebagai kuli bangunan di perusahaan yang terletak di seberang jalan untuk sementara ini, sebihnya saya masih bingung untuk mencari pekerjaan lagi". Pemuda itu menjawab dengan sedikit kaku.
"Oh...kamu yang menjadi kuli bangunan di perusahaan itu? Perusahaan itu adalah milikku. Jika itu masalahmu maka sekarang kamu saya angkat sebagai pegawai di perusahaan saya. Saya berhutang budi kepadamu nak.....! Jika bukan perantaramu mungkin anakku tidak akan bisa membaca Al Qur'an, sedang saya tidak mampu untuk melakukan hal itu. Sudah berapa banya anak-anak yang bisa mengaji berkat jasamu, mungkin hanya inilah kemampuanku untuk membalasmu nak!" kata orang itu dengan begitu mantapnya.
Pemuda itu bersyukur kepada Allah seraya mengucapkan, "Segaala puji bagi Allah yang telah berfirman : Barang siapa yang berbuat kebaikan seberat biji dzarrah, niscaya ia akan mendapat balasannya dan barang siapa yang berbuat keburukan seberat biji dzarrah, niscaya ia akan mendapatkan balasannya pula. (Al Zalzalah 7-8)". Inilah rahmat dan pertolongan Allah kepada hambaNya yang selalu berlandaskan keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan. Akhirnya ia bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan cita-citanya kini telah tercapai. Meski begitu ia masih tetap menjadi abdi Allah yang setia terutama dalam menghidupkan kitab suciNya, dimanpun dan kapanpun ia berada sampai titik darah penghabisan. Keikhlasan dan kesabarannya dalam hidup mengantarkan dirinya menuju kesuksesan dan ridlo Ilahi.